Sunday, August 2, 2009

Amal-amal yang pahalanya terus mengalir

Muhammad sang Maha Guru SAW. pernah diprotes oleh salah seorang sahabatnya seraya berkata: "wahai rosululloh, sungguh nikmat umat-umat tersehulu", memang kenapa" sahut rosul. " Karena mereka diberi umur yang panjang dan fisik yang kuat sehingga kesempatan mereka untuk beramal baik dan berjihad fi sabilillah jelaslah lebih banyak daripada kita. Contohnya Sam'un (yang kita kenal dengan sebutan samson), seorang yang sangat kuat berbangsa israel yang menghabiskan umurnya selama lebi dari delapan ratus tahun untuk berjihad di jalan Allah". Jawab sahabat tadi. Maha gurupun tersenyum mendengar kata- katanya yang menunjukkan semangat tak mau kalah dalam hal kebaikan yang bisa dilakukan umat lain. Tak lama berselang Allahpun mewahyukan sebuah surat bernama "Al- qodar" yang menjelaskan bahwa keutamaan beribadah pada saat lailatil qodar itu lebih afdhol dari pada beribadah seribu bulan yang notabene sama dengan sekitar delapan puluh tiga tahun.

Dari surat ini kita bisa mengambil kesimpulan: Jika kita beribadah pada malam "lailatul qodar" selama sepuluh tahun saja dari kehidupan kita, maka kita telah memiliki pahala yang setara dengan pahala yang di peroleh para umat terdahulu seperti samson diatas. Bukankah begitu? Sungguh ini sebuah kenikmatan yang sangt besar bagi kita umat islam. Tinggal bagaimana kita memanfaatkan kesempatan itu. Ini juga menunjukkan betapa sayangnya Allah kepada kita hingga memberikan begitu besar pahala hanya dengan melakukan sedikit ibadah pada malam lailatul qodar.

Bahkan lebih dari itu Allah melalui lisan rosulnya menjelaskan beberapa amal perbuatan yang apabila kita mau mengerjakannya maka ia akan memberi kita pahala yang terus mengalir meskipun kita telah meninggal dunia. Setidaknya ada delapan amal perbuatan -- yang pahalanya tak berhenti dengan berhentinya detak nadi kita karena wafat— ialah sebagai berikut : 1. shodaqoh jariyah. 2. mengajarkan ilmu yang bermanfaat. 2. mendidik anak sholeh agar bisa mendoakan orang tuanya.4. membangun masjid.5. menggali sumur untuk kepentingan umum. 6. mengaliri air sungai untuk publik 8. menanam pohon kurma.

Ada 2 hadis yang menjadi dalil bagi amal – amal diatas. Yang pertama hadis riwayat Imam muslim yang berbunyi : Jika wafat seorang anak cucu adam meninggal dunia maka terputuslah (pahala) amal perbuatannya kecuali tiga hal: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya.

Sedangkan yang kedua, hadist yang diriwayatkan oleh imam Ass suyuty dalam karyanya Al jami' ass shoghir sebagai berikut: ada tujuh amal yang pahalanya terus mengalir untuk anak adam meski ia berada dalam kuburnya, yaitu: orang yang mengajarkan ilmu, mengalirkan air sungai, menggali sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf dan meninggakan anak yang memintakan ampunan untuknya.

Inilah beberapa amal yang sederhana tapi memiliki nilai yang tiada terkira disisi allah. Sekedar menyampaikan tentu lebih mudah daripada mengamalkan, bukan?

Hak dan Kewajiban antar muslim

Rosululloh dalam sebuah hadisnya bersabda: Hak dan kewajiban antar sesama muslim ada enam, yaitu: Jika ia bertemu dengan saudaranya maka ucapkanlah salam, ketika ia sakit hendaklah menjenguknya, tatkala ia meminta nasihat berikan padanya nasihatmu, kalau ia bersin lalu mengucap "alhamdulillah" doakanlah semoga allah merahmatinya, dan jika ia wafat iringilah jenazahnya.(HR: Muslim).

Ketika menyampaikan hadis diatas pada suatu kajian di beberapa room chating islami saya sangat gembira karena ternyata rekan dan rekanita muslim sangat antusias sekali mengikuti kajian tentang hadis ini. Sungguh ini meruapakan pertanda baik bahwa kita masih punya semangat untuk mempelajari ajaran – ajaran islam. Dan hal ini pulalah yang mendorong saya untuk sedikit menjelaskan kandungan hadis yang sangat penting ini melalui tulisan yang sederhana dengan bahasa yang sederhana pula agar bisa dipahami samua kalangan islam yang mau memahami ajaran rosululloh.

Setelah membaca beberapa buku yang mengomentari hadis diatas saya menemukan beberapa hal yang patut saya sampaikan dalam penjelasan ini antara lain:

Hadis diatas tidak bermaksud membatasi bahwa kewajiban antar umat islam hanya pada enam hal tersebut saja mengingat masih banyak kewajiban lain yang tak disebut dalam hadis tadi seperti kewajiban menolong saudara kita yang terdzolimi atau yang membutuhkan sandang pangan dll.
Yang dimaksud dengan kewajiban dalam hadis tersebut adalah wajib kifayah atau fardhu kifayah yang berarti: Apa bila sebagian kaum muslimin telah mengerjakan enam hal diatas maka gugurlah kewajiban itu atas sebagian yang lain. Tetapi jika tak ada seorang pun melaksanakannya maka semua umat islam akan berdosa.
Ketika menjawab salam dari saudara seiman, kita dianjurkan untuk memberikan jawaban yang lebih bagus dari salamnya sebagaimana firman Allah: Jika kalian diberi penghormatan dengan suatu penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan penghormatan yang lebih baik atau yang sepadan dengannya (QS: An nisa : 86). Contoh: jika ia berucap " assalamualaikum" maka jawaban yang lebih baik adalah dengan menambahkannya menjadi " wa alaikum salam warahmatulloh". Kalau ia berucap" assalamualaikum warahmatulloh" maka kita jawab dengan"wa alaikum salam warahmatullohi wabarakatuh".
Jika yang berucap "assalamualakum" pada kita adalah umat dari agama lain, maka jawaban yang diajarkan nabi pada kita adalah " wa alaikumus saam" ( semoga kematian atasmu) karena salam dengan kalimat "assalamualaikum"hanya khusus bagi umat islam saja, tidak untuk umat lain.
Tatkala menjenguk saudara muslim yang sedang sakit, rosululloh mengajarkan kita sebuah doa sebagai berikut: Allahumma adzhibil ba's robbin naas, wasyfi antasy syaafi, la syifa'a illa syifaa'uka, syifaa'an la yughoodiru saqoman.(Ya Allah hilangkanlah penyakit wahai Tuhan manusia, sembuhkanlah karena engkaulah maha penyembuh. Tiada kesembuhan kecuali darimu, kesembuhan yang tak menyisakan penyakit).
Yang dimaksud memberi nasihat adalah nasihat baik untuk kebaikan saudara kita, bukan nasihat yang menjerumuskannya dalam kesengsaraan. Jika kita tak mampu menasihatinya tunjukkan padanya seseorang yang kita anggap bisa memberinya nasihat baik.
Kewajiban mendoakan "yarhamukalloh" ( semoga Allah merahmatimu) pada orang yang bersin itu jika ia berucap "alhamdulillah" setelah bersin. Kalau tidak maka kita tak wajib mendoakan rahmat untuknya.
Orang yang telah kita doakan rahmat dianjurkan untuk membalas doa kita dengan berucap : "yahdikumulloh wa yushlihu baalakum" ( semoga Allah memberimu hidayah dan memperbaiki hatimu)
Undangan yang wajib kita datangi adalah undagan baik seperti resepsi pernikahan, tasyakuran dll. Dan bukan undangan yang mengajak kita melakukan kemaksiatan seperti pesta shabu – shabu dll.
Mengiringi jenazah yang paling benar adalah dengan berjalan kaki di depan ataupun di belakangnya, bukan dengan mengendarai kendaraan karena rosululloh bersabda tatkala melihat orang – orang yang menunggang hewan tunggangan ketika mengiringi jenazah: " Apakah kalian tidak malu? Sesungguhnya para malaikat Allah berjalan kaki sedangkan kalian menunggang tunggangan kalian".

Demikianlah sekelumit penjelasan tentang hak dan kewajiban antar umat islam yang terkandung dalam hadis diatas. Semoga kita menjadi muslim yang paripurna dengan mengerjakan kewajiban – kewajiban kira. Amin.

Yuk kita bertafakur

Pernahkah kita berfikir mengapa manusia bisa tercipta bengan berbagai warna kulit yang berbeda, bahasa yang tak sama,paras yang beraneka rupa,watak yang saling berbeda dan lain sebagainya padahal ia diciptakan dari materi yang sama,yaitu tanah?.Pernahkah kita merenung tentang beraneka warna bunga dengan semerbak yang saling berbeda meski ia tumbuh dan berkembang dari tanah dan air yang sama?.Juga pernahkah kita memikirkan hikmah akan penciptaan langit yang disinari matahari pada sing hari, dihiasi sinar rembulan dan gemerlapnya bintang gemintang diangkasa laksana sebuah atap istana yang dipenuhi cahaya lampu yang beraneka warna?

Kebanyakan kita, saya yakin jarang atau malah sama sekali tak pernah bertafakkur mengenai hal – hal diatas. Yang banyak menyita pemikiran kita justru masalah begaimana kita bisa makan dan minum setiap harinya,hingga terkadang tak segan – segan tuk sikut kiri, tending kanan berkerut kening bercucur keringat dingin demi perut. Seakan – akan hidup kita ini memang hanya untuk makan. Agama memang menganjurkan kita tuk memelihara hidup dan kehidupan dengan memenuhi berbagai kebutuhan yang kita perlukan, tapi tak selayaknya apabila hal itu sampai mengesampingkan segala hal yan lebih penting dari sekedar urusan perut.

Dan memang banyak yang memiliki anggapan bahwa berfafkkur itu sebuah hal yang berat, memerlukan konsentrasi tinggi, tempat yang sunyi dan memerlukan banyak waktu yang oleh karenanya jarang orang mau melakukannya. Kalau toh ada yang mau pastilah ia seorang filosof karena hanya merekalah yang mau menghabisan waktu hanya untuk berfikir.

Sebenarnya setiap manusia memiliki potensi tuk berfikir karena ia dinugerahi akal, yang oleh sebab itu ia diangkat menjadi khalifah Tuhan di bumi ini, cuma sayangnya jarang yang mau mengunakannya sesuai dengan fungsi tersebut maka itu ia kurang atau tak mampu mengembangkan tugas mulia tadi.

Dan sebenarnya lagi, begitu banyak ayat – ayat suci Al-quran yang menerangkan dan meyuruh kita tuk bertafakkur mengenai kebesaran tuhan yang terpancar pada alam semasta seperti firmannya berikut ini :

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh – tumbuhan, maka kami keluarkan dari tumbuh – tumbuhan itu tanaman yang menghijau, kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak;dan dari mayang korma mengurai tangkai – tangkai yang menjurai, dan kebun – kebun anggur, Dan (kami keluarkan pula ) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda – tanda (kekuasaan Allah) bagi orang – orang yang beriman (QS:Al-An'am: 99).dan lain sebagainya.

Barometer keislaman kita

Min husni islamil mar'i tarkuhu ma la ya'niihi, diantara tanda bagusnya kwalitas keislaman seseorang adalah; ia meninggalkan sesuatu yang tak penting (sepele) baginya. Inilah wejangan yang terlontar dari lisan suci maha guru, rosululloh saw untuk kita umatnya. Begitu pendek begitu bermakna, ringkas, lugas dan cerdas.

Diantara kita mungkin ada yang pernah mengalami berbagai pertanyaan yang amat tak penting dari orang dekatnya atau malah kita sendiri yang melakukan itu terhadapnya. Misalnya ketika ia melihat kita memakai HP baru spontan ia mencecar kita dengan pertanyaanya: tipe ape sih hpmu,kelebihannya apa aja,kenapa sih beli yang kaya gitu, harganya berapa, beli dimana, kapan, di counter yang mana, ada discounnya gak,barapa persen, harga bekasnya berapa kira-kira, kalo dijual lagi turun gak harganya? dll yang membuat kita serasa sedang menjadi tawanan polisi dan sedang di introgasi atau layaknya selebrity yang dikejar-kejar wartawan dan paparazzi. Menjengkelkan bukan, ketika kita mesti menjawab segala pertanyaan yang terkesan mencampuri urusan kita, yang sebenarnya amat tak penting dan bermanfaat untuk kita dan bagi dirinya?.

Ada juga orang yang ketika mendatangi rumah seseorang yang mengundangnya makan malam berkomentar : Wah, kursimu dari dulu belum kau ganti, cat tembokmu juga udah banyak yang mengelupas tuh, lemari itu sudah reot, hiasan dindingmupun sangat usang, kulkasmu ko masih berpuntu satu, kenapa gak kau ganti saja biar lebih indah rumahmu?. Mungkin saja niatnya bagus ketika berkata seperti itu tapi tidakkah ia sadar apa kapasitasnya ketika itu? Bukankah ia seorang tamu, dan bukan seorang desain interior? Mengapa mesti berkomentar seperti itu?. Tidakkah hal itu berlebihan dan bukan urusannya?

Sedari itulah mahaguru menasihati kita dengan hadis diatas, agar kita bisa mengukur seberapa bagus kwalitas islam kita. Lewat hadis itu mahaguru sedang menunjukkan sebuah barometer keislaman kita dan mengajarkan bagaimana menjalin hubungan dan berinteraksi dengan sesama manusia. Seakan- akan beliau bilang: Gak usah mencampuri urusan orang lain dan membuatnya jemu dengan kata-kata kita karena sesungguhnya itu tak penting bagimu.

Saya teringat sebuah kejadian yang terjadi di kampus ketika hari pengumuman hasil ujian semester ditempelkan pada papan pengumuman. Saat itu, ditengah kerumunan para maahasiswa yang sedang antri melihat data hasil ujiannya masing-masing, seorang teman memanggil temannya dan menanyainya dengan suara lantang: kamu lulus ujian gak? Apa masih kaya biasanya, kesandung di beberapa pelajaran? Kesandung lagi di 2 mapel, Jawabnya. Wah, kamu emang benar-benar donatur tetap kampus ya, gak bosen-bosen, selalu menyumbang (di sini tiap mahasiswa yang gagal di satu mapel harus membayar uang administrasi guna mengikuti ujian susulan), komentarnya sambil tertawa. Coba deh kita bayangkan, tidakkah pertanyaan itu membuat kawannya sangat malu dan sakit hati karena merasa dipermalukan di depan publik. Bukankah pertanyaan yang ia lontarkan dengan suara kerasnya sama dengan sebutir pelor yang merobek harga diri rekannya?. Kalau memang niatnya bagus, kenapa sih mesti menanyakannya di depan umum dengan suara keras pula? Bukankah ia tau bahwa kegagalan dalam ujian itu urusan pribadinya? Mengapa tak menanyakannya secara pribadi juga?.

Dari kejadian tersebut mungkin kita bisa mengaca dan mengambil pelajaran darinya. Betapa pentingnya menjaga lisan dan tindak tanduk kita agar terhindar dari hal- hal yang bukan kepentingan kita. Sungguh betapa indah nasihat rosul: min husni islamil mar'i tarkuhu la la ya'niihi. Yuk, sama-sama mengukur keislaman kita.